BANJARMASIN – Salah satu komoditi perkebunan unggulan dalam perdagangan dan menjadi sumber devisa negara yang sangat penting selama dekade terakhir adalah karet.
Indonesia memiliki luas areal perkebunan karet terbesar di dunia, mencapai 3.776.485 hektar, yang dikelola oleh rakyat sebesar 90,91%. Namun, dibandingkan dengan negara-negara pesaing dalam produksi karet, Indonesia masih memiliki produktivitas yang relatif rendah, yakni 3.045.314 ton atau 1.015 kg/ha pada tahun 2021.
Tanaman karet menghasilkan lateks yang digunakan sebagai bahan baku untuk berbagai produk, termasuk kendaraan, peralatan kesehatan, dan perkakas. Produktivitas karet sangat dipengaruhi oleh teknik budi daya yang diterapkan, termasuk pemeliharaan tanaman karet yang merupakan faktor kunci dalam menentukan masa produktif tanaman.
Dr. Dian Masita Dewi, Ketua Pusat Studi Eco Enzyme ULM, menjelaskan bahwa salah satu aspek penting dalam budi daya karet adalah pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), yang terdiri dari hama, penyakit, dan gulma. Beberapa penyakit yang menyerang tanaman karet termasuk jamur akar putih, kanker garis, dan gugur daun.